Mengontrol Hipertensi, Menekan Diabetes

Kamis, 23 September, 2004 oleh: gklinis
Mengontrol Hipertensi, Menekan Diabetes
Gizi.net – Untuk menekan terjadinya diabetes mellitus penderita hipertensi yang berisiko tinggi mengidap penyakit kardiovaskular dapat melakukannya dengan mengonsumsi obat antihipertensi dengan angiotensin reseptor blocker (ARB). Anda sering pusing, sakit kepala, bahkan marah-marah? Bisa jadi Anda terkena darah tinggi. Namun, kondisi tersebut tak selalu terjadi pada penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Yang terjadi pada kasus darah tinggi jauh lebih kompleks. Saat ini ada pengobatan untuk mengontrol darah tinggi yang juga mampu mencegah timbulnya diabetes mellitus. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang menetap berada di atas batas normal. Orang dianggap menderita hipertensi bila tekanan sistoliknya di atas 140 mgHg (milimeter air raksa) dan bisa juga disertai tekanan diastoliknya yang di atas 90 mmHg pada dua atau tiga kali pemeriksaan.

Kenaikan diastolik lebih berbahaya daripada sistolik. Diastolik bersifat lebih lama dan menetap. Diastolik yang tinggi bisa membebani kerja jantung. Akibatnya, hipertensi bisa mengakibatkan komplikasi berupa pembesaran jantung, penyakit jantung koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak sebagai penyebab kelumpuhan atau kematian. Penderita hipertensi di dunia sangat banyak. Hampir seperenam penduduk dunia atau sekitar satu miliar orang menderita hipertensi. Saat ini dengan pengobatan efektif dan berbagai sarana pengobatan hampir 70 persen tetap saja belum bisa mengontrol hipertensi dengan baik. Hipertensi yang tak terkontrol dengan baik bisa mengakibatkan komplikasi kesehatan yang lebih serius.

Penyebab hipertensi
Ada bermacam penyebab hipertensi. Yang sering kali menjadi penyebab di antaranya aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis. Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi. Kasus hipertensi dipengaruhi oleg suatu zat yang dihasilkan oleh ginjal, yakni renin.

Zat ini akan berubah menjadi angiotensin, si penyebab arteri kecil menyempit. Penyempitan inilah yang mengakibatkan hipertensi. Karena itu, hipertensi sangat erat kaitannya dengan penyakit ginjal. Penyebab lainnya adalah produksi adrenalin atau noradrenalin yang berlebihan. Ini terjadi pada orang dengan kelainan kelenjar adrenal dan sistem saraf otonom. Pengobatan hipertensi didasarkan pada penyebabnya. Biasanya terapi untuk hipertensi adalah pemberian obat, pengaturan diet, dan olahraga. Di samping itu, penderita perlu memeriksakan tekanan darah secara rutin untuk mencegah komplikasi. Bagi ibu hamil hipertensi diobati dengan obat penenang, diet rendah garam, dan obat diuretik yang melancarkan keluarnya air kencing. Kalau hipertensi menetap dan diperkirakan akan membahayakan ibu maupun anak, kehamilan itu perlu diakhiri. Eklampsia (tekanan darah tinggi pada wanita hamil yang berakibat pada kejang dan kehilangan kesadaran) biasanya disertai dengan gejala hipertensi.

Ada beberapa langkah untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Di antaranya, menurunkan nilai angka sistolik maupun diastolik, dan pengobatan yang diarahkan untuk mengontrol tekanan darah sehingga tercapai tekanan yang normal. Pada pertemuan Perkumpulan Hipertensi Eropa pada Juni 2004 diumumkan hasil penelitian Novartis tentang VALUE (Valsartan Antihypertensive Long-term Use Evaluation) atau evaluasi pemakaian Valsartan antihipertensi dalam jangka panjang. Ini dimuat dalam jurnal kedokteran internasional The Lancet. Studi itu berkaitan dengan pemberian Valsartan dengan unsur angiotensin reseptor blocker (ARB) bagi penderita hipertensi yang berisiko tinggi mengidap penyakit kardiovaskular. Hasilnya, Valsartan dapat menurunkan risiko timbulnya penyakit diabetes mellitus sebesar 23 persen.

Valsartan vs Amlopidin
Menurut Dr Sunarya Soeriatnata SpJP dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes sangat erat kaitannya satu dengan lainnya. Di negara ini, katanya, ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita hipertensi maupun diabetes mellitus. ”Diabetes mellitus menjadi epidemi di seluruh dunia, terutama Asia. Dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010) diperkirakan insiden diabetes meningkat 57 persen. Dengan menekan risiko timbulnya diabetes mellitus pada hiperetnsi, maka jumlah penyakit kardiovaskular dapat ditekan,” ujarnya pada pemaparan hasil studi VALUE di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dikatakannya, Valsartan punya nilai proteksi atau mengontrol hipertensi agar tak timbul komplikasi.

“Jadi, pengobatan itu tak bisa dilihat dari berapa nilai penurunan angka tekanannya. Valsartan itu protektif jangka panjang dan mencegah timbulnya kasus diabetes baru.” Penelitian tadi juga membandingkan antara pemberian Valsartan dan Amlodipin, obat yang biasa digunakan untuk penderita hipertensi. Ternyata, Valsartan mampu menurunkan angka kejadian diabetes mellitus sebesar 23 persen, atau lebih tinggi dari Amlopidin yang hanya 13,1 persen. Sementara itu, Dr FP Rudyatmoko SpJP, peneliti VALUE dari RS Dr Sutomo, Surabaya mengatakan,”Kami perlu menyampaikan hasil penelitian Diovan (nama dagang Valsartan) kepada masyarakat agar tingkat pengetahuan kesehatan bertambah dan mencegah kemungkinan timbulnya komplikasi.”

Menurunkan Risiko Diabetes

Menurut Dr FP Rudyatmoko SpJP, peneliti VALUE dari RS Dr Sutomo, Surabaya, penelitian VALUE yang digelar Novartis ini bersifat prospektif atau melihat perkembangannya ke depan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dengan cara tersamar ganda, acak, dan menggunakan kontrol aktif. “Diovan lebih efektif dibandingkan pengobatan biasa dalam menurunkan angka kejadian diabetes.” Dalam laporannya tentang studi tersebut, ternyata tak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok terapi Diovan dengan terapi Amlodipin (obat hipertensi golongan Calcium Channel Blocker). “Hanya saja, Diovan ternyata mampu menurunkan angka hospitalisasi yang diakibatkan gagal jantung,” katanya. Penelitian VALUE ini melibatkan 15.245 pasien hipertensi berisiko tinggi mengalami komplikasi penyakit kardiovaskular.

Ada dua kelompok terapi. Yaitu, kelompok dengan terapi dasar Diovan dan kelompok Amlodipin. Studi ini dilakukan di 934 pusat penelitian yang terdapat di 31 negara. Di kawasan Asia Pasifik penelitian ini dilakukan di Cina, Indonesia, dan Australia. Hasilnya, Diovan menurunkan risiko terjadinya diabetes awal sebesar 23 persen bila dibandingkan Amlodipin (13,1 persen). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa efektivitas Diovan setara dengan Amlodipin dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung. Kedua jenis terapi dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Pada kelompok yang mendapat Diovan, angka kejadian efek samping edema perifer (penumpukan cairan dalam jumlah abnormal dalam rongga selaput jantung) jauh lebih rendah (15 persen) dibanding kelompok Amlodipin (33 persen).

Leave a comment